BANDA ACEH – Belum tuntasnya persoalan bendung karet yang bocor menyebabkan cadangan air baku PDAM Tirta Daroy terus menyusut. Hingga kemarin, perusahaan air minum milik Pemko Banda Aceh itu terus kehilangan cadangan air baku.
Terkait hal itu, Selasa (29/9/2020), Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I, Ir Djaya Sukarno MEng bersama Kadis PUPR Kota Banda Aceh Jalaluddin, Direktur Teknik PDAM Tirta Daroy Irwandi dan Plt Kabag Umum Azhari melakukan peninjauan ke lokasi bendung karet yang terletak di Lambaro, Aceh Besar, yang mengalami kebocoran.
Kepala BWS Sumatera I, Djaya Sukarno menyatakan, pihaknya akan segera pelakukan penambalan bendung karet yang sudah beberapa minggu ini mengalami kebocoran. Djaya sendiri mengaku selama September ini mereka sudah tiga kali melakukan penambalan, namun kembali bocor.
Dikatakan, pihak BWS Sumatera I akan menggunakan dua cara dalam penambalan bendung karet yang bocor. Cara pertambah, jelas Djaya Sukarno, dilakukan saat pasang purnama di mana air sungai dari hilir akan menekan ke hulu sehingga bendung karet terangkat dan menjadi lebih tinggi. “Dengan begitu, penambalan akan mudah dilakukan,” terangnya.
Jika cara itu tidak berhasil, tambahnya, terpaksa dilakukan metode kedua yaitu membendung sungai pada waktu debit air sungai turun, antara 50-100 centimeter. “Resiko cara ini lebih besar. Karena jika tiba-tiba air sungai meningkat akibat hujan di hulu, maka bendung buatan itu akan jebol. Namun, cara apa yang akan digunakan sangat tergantung kondisi di lapangan,” ucapnya.
Dikatakan, penambalan akan dilakukan Oktober mendatang. Soal biaya yang akan dikeluarkan, pihak BWS Sumatera I akan sharing dengan PDAM Tirta Daroy. Djaya Sukarno mengatakan, untuk penanganan bendungan karet itu secara permanen, sudah diajukan rencana desain pembangunan bendungan yang baru, pada tahun 2019 lalu dan akan dilaksanakan tahun 2020.
“Namun akibat pandemi Covid-19, anggaran pembuatan desain bendungan permamen Lambaro yang baru, kena refocusing di Kementerian PUPR, sehingga usulan perencanaan desainnya diusul kembali untuk tahun anggaran 2021,” terangnya.
Dikatakan, kondisi serupa juga terjadi untuk proyek WTP Lhoong, Aceh Besar. Proyek WTP Lhoong diajukan BWS Sumatera I untuk menambah pasokan debit air PDAM Tirta Mountala Aceh Besar dan PDAM Tirta Daroy Banda Aceh, masing-masing 200 liter/detik.
“Desainnya sudah ada, dan tahun ini direncanakan pembangunan fisiknya. Tapi dampak pandemi Covid-19, anggaran proyek ini juga kena refocusing dan diialihkan untuk penanganan Covid secara nasional,” pungkas Djaya Sukarno.
Sementara Direktur Teknik PDAM Tirta Daroy, Irwandi ST didampingi Plt Kabag Umum Azhari secara terpisah kepada Serambi menjelaskan, akibat bocornya bendung karet menyebabkan permukaan air baku menurun hingga 25 persen. Jika hal itu tak segera ditangani, dikhawatirkan air baku akan terbuang percuma, sehingga membuat dua PDAM–Tirta Daory dan Tirta Mountala–yang memanfaatkan Krueng Aceh sebagai bahan baku air bersih bagi kebutuhan pelanggan akan mengalami krisis air.
“Saat ini kami sudah kehilangan 25 persen cadangan air baku. Jika dibiarkan dan tanpa perbaikan, maka dipastikan akan semakin banyak air baku yang hilang,” jelas Irwandi.
Diterangkan, saat ini kebcocoran bendung karet ada di lima titik. Satu diantaranya di dekat lipatan, yang tingkat kebocorannya lumayan parah hingga 50 centimeter. Sedangkan empat lokasi robek berada di bagian bawah dengan lebar antara 20-30 centimeter.
Sumber –> serambinews.com