Pemko Banda Aceh Segera Tata Ulang Drainase Kota

Kadis PUPR Kota Banda Aceh, Jalaluddin bersama Asisten II Setda, Bachtiar, dan staf meninjau lokasi kolam penampungan air hujan yg akan dibangun di kawasan Neusu Aceh, Minggu (7/6/2020).

Drainase yang terdapat di tengah kota dan pinggiran Kota Banda Aceh saat ini, dibangun pascabencana tsunami, 15 tahun silam.

BANDA ACEH – Karena dinilai sudah tak mampu menampung volume banjir kenangan maupun kiriman, Pemerintah Kota (Pemko) Banda Aceh akan menata ulang drainase yang ada di wilayahnya.

“Kapasitas drainase kota saat ini hanya mampu menampung 115 milimeter/jam air hujan yang turun. Sedangkan air hujan yang turun belakangan ini volumenya ada yang mencapai 287 milimeter/jam,” jelas Kepala Dinas PUPR Kota Banda Aceh, Jalaluddin ST MT , Minggu (7/6/2020).

Dikatakan, dengan volume curah hujan seperti itu, tambahnya, wajar jika di sebagian wilayah kota mengalami banjir genangan saat hujan deras turun.

Jalaluddin mengungkapkan, drainase yang terdapat di tengah kota dan pinggiran Kota Banda Aceh saat ini, dibangun pascabencana tsunami, 15 tahun silam dengan kapasitas daya tampung curah hujan sekitar 115 mili meter/jam.

Sementara volume hujan yang turun selama ini di Kota Banda Aceh menurut perhitungan BMGK, ada yang mencapai 287 mili meter/jam.

Kalau volume air hujan yang turun, melampui kapasitas daya tampung saluran, wajar dalam waktu beberapa menit hujan, sebagian wilayah kota langsung digenagani air hujan.

Dikatakan, pada rapat rapat penanganan banjir kota yang dipimpin langsung Wali Kota Banda Aceh dan dihadiri Wakil Wali Kota, para asisten dan dinas teknis, rencana penataan drainase kota akan dimulai dari hulu hingga hilir.

“Untuk rencana itu, Pemko akan menggandeng para ahli hidrologi yang ada di Kota Banda Aceh dan Unsyiah, guna mereview ulang desain drainase yang ada sekarang untuk kebutuhan 30-50 tahun,” ujar Jalaluddin.

Terkait rencana itu, Kadis PUPR Kota Banda Aceh Jalaluddin dan Asisten II Setda Kota Banda Aceh Bahktiar, Minggu (7/6/2020) melakukan peninjauan lokasi tanah kosong yang akan dijadikan kolam penampungan air, di Neusu Aceh.

Di lokasi ini ada tanah kosong seluas 2.100 meter persegi yang akan dibebaskan untuk menjadi tempat penampungan air hujan.

Pada saat terjadi genangan air di kawasan tersebut, air yang ada di permukiman masyarakat akan disedot dengan pompa untuk kemudian salurkan ke kolam penampungan.

Metode itu, kata Jalaluddin, dilakukan untuk mempercepat pembuangan genangan air hujan di permukiman penduduk.

Untuk memulai penataan ulang drainase kota, pihaknya harus melakukan penelitian dan survei ketinggian tanah di daerah yang sering dilanda banjir genangan. Penelitian ini diperlukan, untuk menentukan bentuk drainase yang akan dibangun nantinya.

Asisten II Setda Kota Banda Aceh, Bakhtiar mengatakan, setelah tsunami 15 tahun lalu, Kota Banda Aceh sebenarnya sudah terbebas dari genangan banjir.

Namun seiring banyak permukiman baru, pertokoan, gudang dan fasilitas umum, membuat serapan air terganggu.

Sedangkan banjir yang terjadi di kawasan permukiman, kata Bakhtiar, selain karena drainasenya kecil, saluran itu juga belum tersambung ke drainase induk.

“Kondisi parit yang demikian juga perlu dibenahi,” ujar Asisten Setda Kota Banda Aceh.

Sumber –> serambinews.com