BANDA ACEH – Kementerian PUPR melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Aceh melaksanakan Program Padat Karya Tunai atau PKT di sembilan gampong di Banda Aceh.
Tadi, Kamis (29/4/2021) Program Cash For Work (CFW) ini dilaksanakan Gampong Lamdom, Kecamatan Luengbata, Banda Aceh, yang juga melibatkan warga setempat.
Program ini untuk membantu masyarakat yang putus pekerjaan karena terdampak Covid-19.
Sedangkan secara keseluruhan untuk sembilan gampong di Banda Aceh, Program PKT ini melibatkan 700 pekerja lepas.
Mereka dibayar gaji harian sekitar Rp 129.000 per orang setiap hari selama pelaksanaan kegiatan ini.
Tadi acara Padat Karya Tunai atau PKT di Gampong Lamdom ini dibuka Wakil Wali Kota Banda Aceh, Drs Zainal Arifin.
Turut hadir saat pembukaan acara ini, Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Aceh, M Yoza Habibie ST, MT, PPK PKP Aceh, Andy Fitra, ST, MT, Kasatker Pelaksana Prasarana Permukiman Aceh, T Davis Hamid, ST, MT.
Kemudian Kadis PUPR Kota Banda Aceh, Jalaluddin, ST, MT, Kepala Bappeda Kota Banda Aceh, Weri, SE, MA, Kadis Perkim Kota Banda Aceh, Rosdi ST, Camat Luengbata Mustafa S.Sos.
Kemudian Keuchik Lamdon Sulaiman SE, pejabat Kotaku Banda Aceh, Ika Astuti SE dan lainya.
Wakil Walikota Banda Aceh, Drs Zainal Arifin dalam sambutannya mengatakan Program PKT untuk masyarakat kurang mampu ini sangat tepat.
Pasalnya akibat Covid-19, kegiatan ekonomi di gampong ikut menurun dan lesu.
Banyak perusahaan harus memberhentikan karyawannya.
Untuk membantu masyarakat kurang mampu, terutama pekerja harian lepas yang terdampak Covid-19, pemerintah harus membuat program dan kegiatan padat karya tunai.
Tujuannya agar pekerja harian lepas yang kehilangan pekerjaan bisa kembali mendapat pekerjaan dan penghasilan harian.
Dengan adanya kegiatan padat karya ini, pekerja harian lepas, yang terdampak covid, bisa kembali bekerja dan mendapat penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan pokok keluarganya.
Oleh karena itu, Zainal Arifin atas nama Pemko Banda Aceh mengucapkan terima kasih kepada Kementerian PUPR dan Balai Prasarana Permukiman Wilayah Aceh yang telah melaksanakan program PKT.
Program ini melibatkan 700 orang untuk sembilan gampong di Kota Banda Aceh.
Kepala Balai Prasarana dan perkukiman Aceh, Yoza Habibei, ST, MT mengatakan, program dan kegiatan PKT ini berlaku secara nasional, tidak hanya di Aceh, tapi di darerah lainnya juga dilaksanakan.
Sebelum acara PKT ini kita buka di Kota Banda Aceh, sudah pernah dilaksanakan di Kota Sabang dan daerah lainnya.
Tujuan utama dari program dan kegiatan PKT ini, ungkap Yoza, adalah untuk membantu masyarakat kurang mampu atau tenaga harian lepas yang terdampak Covid-19 bisa kembali bekerja dan mendapat penghasilan.
Kedua, dengan adanya program padat karya tunai ini, kata Yoza, daya beli masyarakat kurang mampu terhadap kebutuhan pokok dan lainnya menjadi naik.
Covid-19, kata Yoza, telah mengakibatkan berbagai kehidupan ekonomi, pendidikan, sosial dan agama masyarakat ikut terganggu.
Untuk membantu dan membangkitkan daya beli dan sektor usaha serta prasarana infrastruktur dasar gampong yang rusak, bisa ditangani secara gotong royong melalui program PKT ini. Masyarakat yang bekerja, kata Yoza, diberikan gaji harian sekitar Rp 129.000/orang/hari.
Sasaran dari kegiatan PKT ini, antara lain infrastruktur dasar gampong yang dibutuhkan masyarakat. Misalnya perbaikan badan jalan, jembatan, aliran irigasi, roil desa, tempat wudhu, air bersih gampong dan lainnya, yang memberikan manfaat untuk orang banyak.
Masa kegiatan PKT ini, lanjut Yoza, antara 1 – 2 bulan. Artinya jika dalam satu pekerjaan rampung satu bulan, maka pelaksanaan program ini cukup sebulan. Kemudian dicari lokasi dan objek kegiatan lainnya untuk melanjutkan kegiatan PKT itu. Tapi sasaran objek yang dikerjakan, pertama sangat dibutuhkan masyarakata gampong dan bermanfaat bagi orang banyak.
Kepala Dinas PUPR Kota Banda Aceh, Jalaluddin ST, MT mengatakan program dan kegiatan PKT ini, tidak hanya membantu masyarakat gampong yang kehilangan pekerjaan akibat covid dan PHK. Tapi juga membantu Pemerintah Kota, dalam memperbaiki berbagai infrastruktur dasar gampong. Seperti perbaikan dan pelebaran badan jalan gampong, riol dan lainnya yang sangat dibutuhkan masyarakat, yang sumber dana desanya terbatas.
Meski, sistem kerjanya gotong royong, tapi orang-orang yang terlibat dalam kegiatan PKT itu, juga masuk para tukang yang biasa bekerja secara profesional.
“Cuma namanya saja PKT, tapi hasil objek yang dikerjakan harus berkualitas,” ujar Jalaluddin.
Sumber –> serambinews.com